Advertisement With Us

Tak Wajib Dilakukan Guru

Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Anindito Aditomodalam Media Breafing di Kantor Kemendikbud Ristek, Senin, 20 Mei 2024. [Kompas/saniamashabi]

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menegaskan, program Sastra Masuk Kurikulum tidak wajib ikuti oleh para guru.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan, Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo S. Pi., M. Phil., Ph. D dalam acara konferensi pers di Jakarta Selatan, Jumat 31 Mei 2024.  "Guru tentu saja boleh tidak menggunakan buku ini (yang ada direkomendasi) ini tidak ada yang wajib ini sifatnya alat bantu," kata Anindito. 

Tumbuhkan minat membaca sastra baca anak muda

Anindito mengatakan, pihaknya membuat program tersebut utamanya untuk menumbuhkan minat membaca sastra baca anak muda.

Program tersebut juga memiliki banyak potensi untuk mengasah empati pelajar, melatih berpikir kritis sehingga kemampuannya bisa digunakan dengan baik di luar pelajaran.

Lanjut pria yang akrab disapa Nino ini, semakin banyak generasi muda yang membaca karya sastra juga akan berdampak baik pada ekosistem perbukuan Indonesia. "Lambat laun muncul lagi demand permintaan untuk karya-karya sastra yang lain," ujarnya.

Implementasi sastra masuk kurikulum

Nino juga menjelaskan, pada program Sastra Masuk Kurikulum pemerintah akan meminta sekolah beserta guru-guru memasukkan unsur sastra melalui buku-buku sastra yang daftarnya disediakan oleh Kemendikbud Ristek.

Setelah itu, guru-guru bisa menggunakan buku dalam daftar yang sesuai dengan tema mata pelajaran yang ingin dibahas dalam kelas. "Misalnya kalau saya guru sejarah yang sedang ada tema mengenai Hubungan Internasional atau perdagangan atau apa. Saya bisa mencari di dalam daftar ini karya sastra yang bisa saya gunakan untuk memantik keinginan tahuan siswa terkait tema itu," ungkapnya.

Nantinya, Program Sastra Masuk Kurikulum itu tidak hanya ada di dalam kurikulum, tetapi juga masuk dalam kokurikulum.

Pada kokurikulum, fokus program tersebut pada pengasahan sisi sosial dan emosional lebih mengacu pada hasil akhir project base siswa melalui bacaan sastra. "Kalau kita bicara kokurikuler untuk ini untuk dimensi sosial emosional. Seperti membuat puisi membuat drama dari novel-novel tersebut," jelasnya.


Bagikan:

Posting Komentar